Sunday, March 16, 2008

PADI: Semakin merunduk semakin berisi

Padi atau pohon nasi selalu menjadi perumpamaan mulai dari anak SD sampai kita yang sudah mulai bau tanah. Selalu ikut ilmu padi. Begitu nasehat orang-orang pada orang lain. Padi memang golongan rumput yang paling dimuliakan diantara rumput lainnya seperti jagung, gandum, dan sebagainya. Padi menjadi bahan makanan pokok oleh berbagai ras manusia di bumi ini.

Setiap negeri memiliki cerita sendiri tentang padi. Si pohon nasi ini, konon berasal dari titisan Dewi Sri yang mempertahankan kesuciannya. Dia pun meninggal dunia dan kuburannya tumbuh rumput yang kemudian berbuah bulir-bulit gabah. Bila makin tua ia pun makin berat dan merunduk sampai saatnya dipanen oleh petani.

Di berbagai belahan dunia khususnya Jawa banyak sekali ritual penghormatan terhadap sang dewi yang suci ini. Penghormatan yang tinggi atas jasanya sampai ajal demi kelangsungan manusia dan hewan. Memang sang dewi masih memiliki musuh yaitu tikus. Namun, tikus juga punya musuh yang membela Dewi yaitu ular sawah.

Pohon nasi tidak hanya menghasilkan gabah yang digiling menjadi butiran beras, dedak dan sekam. Tapi juga menghasilkan batang-batang padi yang disebut jerami atau damen. Butiran beras dimakan oleh manusia dan hewan. Sedangkan dedak di makan oleh hewan ternak seperti ayam, bebek, sapi, kuda dan sebagainya. Sementara, sekam bisa digunakan untuk bahan bakar maupun media tanam dan ternak. Batang pohon nasi bisa dijadikan pakan ternak, pupuk organik, media tanam jamur bahkan menjadi sampo merang.

Kerendahan Hati

Pelajaran penting dari padi atau pohon nasi adalah manusia harus semakin merunduk bila di isi. Perut manusia bila diisi makanan (nasi) akan menjadi kenyang dan merunduk alias ngantuk. Begitu juga bila otak diisi dengan pengetahuan dan ilmu yang tinggi harus juga semakin merunduk. Manusia yang diisi oleh kekayaan juga perlu merunduk bukan malah menjadi sombong.

Merunduk maknanya adalah kerendahan hati, tidak pernah puas, tidak sombong dan senantiasa mau belajar. Merunduk juga bermakna keikhlasan dan keinginan untuk berbagi. Padi yang merunduk karena makin berisi dan isinya akan dibagikan kepada hewan dan manusia.

Manusia yang makin berisi dengan kekayaan, kebisaan, dan pengetahuan harus semakin rendah hati dan tidak bersikap merendahkan orang lain. Setiap sesuatu yang didapatkan belum tentu menjadi miliknya. Apa yang dimilikinya belum tentu memberikan sesuatu kepada dirinya. Contohnya, orang yang paling kaya di dunia ini belum tentu mampu menikmati semua kekayaannya. Saya pernah bergaul dengan konglomerat orde baru yang kaya raya. Ternyata dia sendiri tidak tahu berapa kekayaan yang dimilikinya sehingga setiap waktu tertentu harus bertanya berapa uangku di bank anu, terus bank itu berapa, bank ini berapa dan sebagainya. Bahkan sering kita temui orang yang terkaya lebih diketahui kekayaanya oleh wartawan daripada oleh dirinya sendiri. Saya yakin Bill Gates tidak tahu pasti berapa kekayaanya.

Inilah maknanya bahwa sekaya apa pun dan sepinter bagaimana pun janganlah menyombongkan diri karena tidak semua kekayaan kita menjadi rejeki buat si kaya itu. Bisa jadi itu adalah rejeki orang lain seperti fakir miskin, anak yatim atau para pembantu dan kayawannya. Begitu juga sepinter apa pun seorang dosen atau guru besar, belum tentu kepinteran itu hanya untuk dirinya sendiri. Supaya semakin merunduk sudah pasti harus semakin diisi. Supaya bisa diisi maka harus selalu bekerja keras dan belajar terus pada setiap pengetahuan dan perubahan yang terjadi.

Atau dengan kata lain belajarlah sampai liang kubur dan/atau bekerjalah seolah-olah kamu akan hidup seribu tahun lagi. Camkanlah filosofi padi ini karena kita tiap hari makan nasi yang berasal dari pohon padi. Alangkah baiknya anak-anak di perkotaan diperkenalkan dengan pohon nasi dan bagaimana jerih payahnya petani menanam dan memelihara padi sampai ke mulut mereka.

Manfaat sampai akhir

Makna penting berikutnya adalah kita harus menjadi manusia yang berusaha memberikan manfaat yang tiada akhir dalam hidup kita. Semua bagian pohon padi menjadi manfaat bagi manusia, hewan dan alam semesta. Manusia yang baik selayaknya menjadi manfaat bagi manusia lainnya. Manfaat juga bisa dipetik oleh hewan dan alam semesta. Bukan malah sebaliknya.

Berbuatlah manfaat bagi mereka sejauh yang kita bisa lakukan. Tidak perlu memaksakan diri karena kita tidak dipaksa oleh siapa pun agar bermanfaat. Kita bermanfaat agar makna hidup kita berkembang dan tertanam subur pada diri manusia lain bahkan menjadi catatan sejarah peradaban manusia.

Bahkan saya yakin, hewan dan tanaman juga akan merasakan manfaat seorang manusia bagi mereka. Mereka bisa merasakan kehadiran manusia yang memberikan manfaat baginya. Apa pun manfaat yang kita sajikan ke mereka tentu memberikan nilai dan dorongan untuk hidup lebih baik.

Selayaknya setiap tutur kata kita memberikan manfaat buat yang mendengarnya. Selayaknya pula setiap perilaku kita menjadi manfaat, referensi dan hiburan bagi manusia lainnya. Bahkan selayaknya pula diam kita memberikan manfaat bagi siapa pun disekitar kita.

Supaya bermanfaat kita harus belajar mengisi jiwa dan raga kita dengan energi dan kerja yang positif. Kita harus berusaha untuk bekerja dan belajar terus menerus agar menghasilkan sesuatu secara optimal dan melimpah. Dari hasil itulah kita bisa memberikan manfaat dalam bentuk pemikiran dan dukungan material. Kalau pun tidak mampu kita perlu memberikan dukungan dengan diamnya diri kita. Sementara jiwa kita terbang ke hadapan sang khalik melalui doa dan tafakur. Kalau pun tidak mampu, maka biarlah ruh kita terbang ke pangkuan sang khalik bersamaan raga kita masuk dalam pelukan sang bumi. Peradaban dan perubahan sosial yang akan menggantikan peran-peran kita. []

Susmanto HADI: Penulis lepas dan bebas dalam bidang pengembangan diri, filosofi, informatika dan komputer. Tulisannya bisa dibaca di http://susmantohadi.blogspot.com/, http://www.digitallylearning.com/, http://www.ebookworldgateway.com/. Sumber lain yang juga penting adalah http://stressremoval.blogspot.com/ dan http://paradisefamily.wordpress.com/. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!.

No comments: