Sunday, March 16, 2008

LABA-LABA: Pekerja keras yang tawakal dan merasa cukup

Laba-laba atau nggaranggati (jawa) adalah hewan berkaki banyak – mungkin delapan—yang hidup sendirian di tengah bentangan jaring-jaring yang buat sendiri. Dia hidup di suatu tempat yang cukup terlindung dari panas dan hujan. Menyadari bahwa kakinya terlalu banyak dan panjang, maka Tuhan memberinya kemampuan hidup mandiri di rumahnya sendiri yaitu jaring-jaringnya.

Jaring laba-laba memberikan inspirasi bagi manusia. Dia tidak berani pergi dari rumahnya karena kelemahan dia untuk berjalan. Ketika membangun rumahnya pun, dia bekerja keras sendirian dengan makanan yang terbatas. Selama proses membangun rumahnya, saya meyakini tidak akan pernah putus-putus atau istirahat makan siang atau makan malam. Dia akan terus bekerja tanpa henti sampai rumahnya layak di huni.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jaring laba-laba ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa. Sebuah mobil pick-up mampu diangkap dengan jaringnya. Ini berdasarkan penelitian karena kekuatan benang laba-laba ratusan kali dibanding berat tubuhnya. Analogi ini ditarik ke dunia manusia seperti itu. Orang Amerika yang meneliti fenomena ini.

Ketika rumah selesai maka dia pun tenang disana bertafakur dan bersyukur akan kebesaran Tuhan. Saya tidak bisa bercerita banyak tentang hewan satu ini. Namun, saya merenungi bahwa laba-laba memiliki makna seperti ini

  1. Menurut orang Jawa ia dinamai nggaranggati. Berasal dari nggarang yang artinya memanggang dan nggati atau ati yang artinya hati sanubari. Maknanya adalah pangganglah hatimu diatas keteguhan dan semangat hidup yang membara. Bukan dipanggang di api. Emang sate hati sapi? Memanggang hati dengan melatih kepekaan, ketulusan, kesabaran, ketekunan dan keikhlasan. Laba-laba ikhlas menerima keadaannya yang serba terbatas.
  2. Bekerjalah sekeras-kerasnya tapi jangan memaksakan diri. Setiap diri memiliki keterbatasannya masing-masing. Laba-laba membuat rumahnya secukupnya dia mampu. Dia mengukur dengan kebutuhan tubuh dan hidupnya. Laba-laba kecil rumahnya juga kecil. Laba-laba besar lebih lebar lagi. Begitu seterusnya.
  3. Terimalah dengan sabar dan tawakal apa yang sudah kamu usahakan. Berusaha jelas wajib namun jangan memasang hasil sesuai kehendak kita. Kita merencanakan hasil tapi tidak menentukan hasil. Laba-laba membentangkan jaringnya dengan rencana supaya mendapat makanan yang cukup. Namun, ia pasrahkan hasilnya pada apa yang terjadi atau ketentuan Tuhan.
  4. Cukuplah apa yang bisa kamu dapatkan dan syukuri. Laba-laba akan merasa cukup atas makanan yang hadir di jaring laba-labanya. Begitu juga manusia hendaknya merasa cukup atas hasil sesuai dengan yang diusahakan. Tidak perlu iri dengan hasil usaha orang lain walau dilihat aneh sekali pun. Tuhan maha tahu dan adil serta tidak mungkin tertukar pada urusan pembagian rejeki.
  5. Jadilah orang yang sabar dan ikhlas. Laba-laba demikian ikhlas menunggu hasil kerjanya. Ia pun sabar menunggu mangsanya datang. Ketika mangsa datang dia temui dengan tenang tidak seperti macan tutul kelaparan. Apa pun yang datang diterimanya dengan ikhlas. Manusia hendaknya juga demikian. Apa pun dan seberapa pun rejeki yang diterimanya hendaknya diterima dengan sabar, ikhlas dan diperlakukan dengan baik. Laba-laba juga memperlakukan dengan baik mangsanya. Dia tidak akan langsung melahapnya melain menunggu si mangsa mati setelah dibungkus dengan jaring-jaring yang dikeluarkan perutnya. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran untuk menjadi manusia yang sabar, syukur, ikhtiar dan ikhlas selalu. [ ]

Susmanto HADI: Penulis lepas dan bebas dalam bidang pengembangan diri, filosofi, informatika dan komputer. Tulisannya bisa dibaca di http://susmantohadi.blogspot.com/, http://www.digitallylearning.com/, http://www.ebookworldgateway.com/. Sumber lain yang juga penting adalah http://stressremoval.blogspot.com/ dan http://paradisefamily.wordpress.com/. Selamat membaca dan semoga bermanfaat!.

No comments: