Monday, March 30, 2009

BURUNG: Semangat kerja keras dan cita-cita yang tinggi

Menungsa ora usah kewatir ora bisa mangan. Manuk asal gelem mabur mesti ulih mangan. (Artinya: manusia tidak usah khawatir tidak bisa makan. Burung asal mau terbang pasti dapat makan). Begitu kata nenek saya waktu menasehati anaknya yang agak malas waktu itu. Saya –cucunya – tidak tahu maknanya. Masa anaknya yang manusia itu disamakan dengan burung. Lama setelah nasehat itu lewat ternyata beberapa orang juga menasehati hal yang sama pada anaknya yang kesulitan mencari pekerjaan. Saya pun mencermatinya. Tapi juga lewat begitu saja apalagi waktu itu bersama teman-teman asik mlintheng (ketapel) burung.


Burung memiliki makna yang tinggi. Lihat saja negara besar seperti Indonesia dan USA menggunakan burung sebagai lambang negaranya. Ada juga beberapa negara lainnya menggunakan burung sebagai simbolnya. Tidak ada yang menggunakan lambang manusia padahal manusia lebih sempurna dari burung.


Namun, manusia yang sempurna itu masih banyak belajar pada burung. Coba ingat bagaimana penciptaan pesawat terbang. Mereka belajar pada burung. Wright bersaudara belajar pada burung tentang penciptaan pesawat terbang. Leonardo Da Vinci belajar pada capung untuk membuat desain helikopter dan sebagainya. Ya…kelemahan manusia adalah tidak bisa terbang hingga harus belajar pada burung. Namun, sekarang manusia menjadi musuh para burung karena diburu atau dihalau karena mengganggu penerbangan pesawat milik manusia.


Burung sekecil atau sebesar apa pun merupakan hewan yang unik. Tidak ada hewan yang mampu menyamai kemampuan terbangnya. Dialah penguasa langit sebenarnya. Terbang bebas kemana pun dia mau. Ancaman terbesarnya adalah manusia yang merusak tempat tinggal dan mencari makan. Walaupun banyak burung bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah besar.


Sekarang, marilah kita mengambil makna yang dalam atas penciptaan burung ini yaitu:

  1. Pantang putus asa. Burung memberikan simbol kerja keras dan pantang putus asa. Dia akan terbang sejauh mungkin untuk mendapatkan kehidupan yang layak untuk dirinya maupun komunitasnya. Sejauh apa pun akan ditempuhnya termasuk dengan jalan migrasi besar-besaran.
  2. Berusaha mencari jalan kehidupan. Burung akan terbang tinggi untuk mencari sesuatu. Maknanya bagi kita adalah teruslah mencari rejeki dan ilmu pengetahuan untuk hidup lebih baik. Terbang tinggi diartikan sebagai meninggikan harkat, martabat dan kemampuan diri sehingga bisa memandang kehidupan secara lebih baik, arif dan bijaksana.
  3. Tidak menganggu kehidupan lain. Burung adalah simbol kedamaian dan kekuatan. Dia tidak menganggu kehidupan lain sesama burung maupun sesama hewan lainnya. Tidak ada dongeng atau cerita burung mengganggu hewan lainnya. Burung makan padi karena mereka butuh makan. Makanan alaminya telah hilang karena pembukaan sawah. Hendaknya sebagai manusia juga demikian. Hiduplah dengan tenang dan sukur tanpa menganggu manusia dan makhluk lainnya.


Terbanglah yang tinggi seperti burung. Terbangkan cita-citamu setinggi burung bahkan setinggi bintang bila perlu. Jelajahilah bumi Tuhan yang luas secara fisik maupun ilmu pengetahuan. Ada banyak hal yang perlu kita ketahui dan menjadi pelajaran buat hidup kita. [ ]

GONDONGAN MENYERANG LELAKI DEWASA

Waktu kecil aku pernah sakit gondongan. Namun, dengan mudah sembuh tidak sampai satu minggu lamanya. Tidak disangka, anakku perempuan, Lintang namanya tertular gondongan dari temannya di SD. Puluhan tahun bagiku ini sudah berlalu sehingga tidak lagi memberiku arti apa-apa karena pastilah tidak parah.


Bagi Lintang ternyata parah sampai bengkak dua pipinya. Dibawa dia ke dokter untuk mendapatkan obat yang tokcer. Beberapa hari dia sembuh. Namun, tidak beberapa lama aku pun tertular dari dia. Dua pipiku bengkak dibuatnya. Ke dokter dekat rumat juga tentunya. Dokter yang terdekat untuk dapatkan obatnya.


Namun, malang tak dinyana. Bukan sembuh yang diraihnya, tapi malah menjalar itu gondong kemana-mana. Ke mulut karena tidak bisa makan. Napsunya hilang melayang begitu saja. Sampai suatu malam, aku terbangun. Sakit kurasa diperut tiada terkira. Aku pikir ini mau berak sehingga aku pun jongkok. Ah…lega memang mau berak rupanya.


Alamaaak….setelah berak berlalu sakit perut itu datang lagi bahkan kini membawa temannya si sakit pinggang. Sakit itu juga menjalar ke testisku. Rasanya seperti kena tendang selama berhari-hari lamanya. Sakit pinggang, sakit perut, sakit testis dan sakit pipi menjadi satu. Oooh…lama sekali hari-hari berlalu. Badan lemas, napsu makan tidak ada, panas dingin pula. Betul-betul sakit rombongan yang hebat.


Aku pun ke dokter lagi. Katanya, harus cepat-cepat diobati agar tidak menjadi impotent dan kemandulan. Iyalah…dok. Saya tersiksa sekali niih. Mohon segera ditolong. Lalu beberapa hari sakit seperti itu masih saja terjadi. Hingga hamper lewat satu minggu aku ke dokter lagi.


Kata dokter yang sama itu, dia menyerah melawan gondongan sendirian. Dia tidak sanggup katanya. Dia pun menulis surat pengantar ke RSD Cibinong yang dekat tempat tinggalku. Di RS itu aku pun masuk gawat darurat sementara adik ipar dan istriku bolak-balik ngurus kertas-kertas termasuk uang kertas tentunya.


Adik ipar lari-lari ke sana kemari BERBURU RUANG PERAWATAN. Ya…berburu karena berebutan ruang rawat kelas dua. Yang pasti ruang rawat kelas tiga sudah habis. Di RS itu, keluarga pasien disuruh mencari sendiri ruang rawat dengan dibekali selembar formulir. Bagus juga agar tidak terjadi fitnah bahwa RS menolak pasiennya. Akhirnya, aku dapat ruang rawat kelas dua dan itu pun satu-satunya setelah berhasil adu cepat dengan pasien lainnya. Malam itu hanya tinggal ruang rawat kelas satu dan VIP yang semalam seharga hotel bintang 4 di Bogor. Padahal ruang rawatnya biasa saja.


Aku diinvus karena memang sudah jarang makan. Bahkan makanku lebih sedikit dibanding makan anakku yang umur 2 tahun atau adiknya si Lintang. Suntikan antibiotic yang harganya 250ribu sampai 300ribu dimasukkan lewat invusan itu. Pantesan cepat sembuh wong antibiotiknya sampai seperempat juta harganya. Bandingkan dengan antibiotic oleh dokter rumah yang cuma 30ribuan.


Tiga hari lamanya aku di RS. Tidak nyaman karena sakit. Asik juga karena perawatnya cantik-cantik. Dan kenangan yang tidak bisa lupa adalah ketika tititku diperiksa sama dokter cantik, muda dan bisa jadi perawan. Dipegang-pegang pula. Pasti tidak akan lupa seumur hidup aku. Setelah tiga hari Allah SWT menyembuhkanku dan memberikan pengalamanan yang baik. Yang jelas aku gak mau balik lagi ke sana sebagai pasien. Apa pun sakitnya. []